Halaman

Sabtu, 28 Mei 2016

LAPORAN PERJALANAN DINAS : PERKEMAHAN WIRAKARYA PTK SE-INDONESIA 2016



LAPORAN PERJALANAN DINAS
PERKEMAHAN WIRAKARYA KE XIII PTK KENDARI, SULAWESI TENGGARA
Pemberangkatan kontingen PWN XIII PTK Kendari dimulai dengan Upacara Pelepasan Duta Racana pada pukul 11.30 WIB. Upacara Pelepasan Duta Racana merupakan bentuk dari dilepaskannya kontingen untuk menjalankan tugas yang telah diamanatkan oleh kontingen dari anggota racana yang terpilih. Pemberangkatan pada pukul 15.30 WIB setelah semua perlengkapan dimasukkan ke dalam Bus. Perjalanan dari Purwokerto-Jogjakarta ditempuh selama 5 jam. Sesampainya di SPBU Candimas Jogjakarta, kami melaksanakan Sholat dan makan bersama.
Perjalanan dilanjutkan menuju Bandar Udara Internasional Djuanda, Surabaya. Perjalanan ditempuh selama 7 jam. Sesampainya tiba di Bandar Udara, semua perlengkapan diangkut menggunakan trolly yang telah disediakan oleh bandar udara. Kami check in pukul 08.40 WIB dan take off pukul 11.40 WIB. Dalam perjalanan menuju Kendari, kami transit terlebih dahulu di bandar udara Internasional Sultan Hassanudin , Makassar pada pukul 14.00 WIB. sesampainya di Bandar Udara, kami menuju pesawat yang terbang ke Kendari. Kami sampai di bandar udara Haluoleo, Kendari pada pukul 14.30 WIB. Kemudian, kami bergegas menuju tempat penjemputan yang disediakan oleh bandar udara dan sudah ada beberapa panitia PW XIII PTK Kendari yang sudah bersiap menjemput setiap kontingen.
Sesampainya di Bumi Perkemahan IAIN Kendari, beberapa dari kami menuju tempat administrasi dan lainnya bergegas menuju tempat konsumsi. Setelah mendapatkan nomor kavling tenda, kontingen putra dan putri dalam satuan terpisah. Kami mendirikan tenda dengan saling bergotongroyong. Malamnya, ada Technical Meeting yang diwakili oleh Ketua Dewan Racana dan Bina Damping terkait dengan agenda kegiatan. Dilanjutkan dengan ramah tamah Ketua Dewan racana dan Bina Damping.
Hari pertama, persiapan Upacara pada pukul 03.30 WIB dengan berpakaian Seragam Pramuka Lengkap dan Kostum Karnaval di Lapangan Eks MTQ. Upacara pembukaan dibuka resmi oleh Menteri Agama yaitu, Bapak H. Lukman Hakim. Kemudian sambutan-sambutan diisi oleh Bapak Gubernur, Bapak Rektor IAIN Kendari, dan Ketua Pelaksana Kegiatan Perkemahan Wirakarya Nasional XIII PTK Kendari, Sulawesi Tenggara. Upacara berjalan dengan khidmat. Upacara diisi beberapa hiburan yang diisi oleh Mahasiswa, Siswa TK/PAUD, Kendari. Seusai Upacara Pembukaan selesai, dilanjutkan dengan Etno Karnaval dari Lapangan eks MTQ menuju Tugu Persatuan Kendari.
Sesampainya kembali ke Bumi Perkemahan, Gelombang 1 bersiap menuju Homestay selama 3 hari 2 malam. Kegiatan di homestay antara lain; Pembangunan bak sampah, Penanaman Pohon, Bersih Rumah Ibadah dan Bedah Rumah. Peserta yang berada di Bumi Perkemahan meneruskan untuk melengkapi atribut tenda.  Hari kedua, peserta yang berada di Bumi Perkemahan melaksanakan senam pagi, apel pagi, memasak, giat wisata, dan penyuluhan pengembangan wawasan dan revolusi mental. Hari ketiga, masih sama kegiatan ditambah dengan penyuluhan administrasi gugusdepan dan membuka stand di area yang sudah disediakan oleh panitia.
Hari keempat, peserta gelombang 1 kembali menuju ke Bumi Perkemahan dan peserta gelombang 2 bersiap menuju Homestay. Malam harinya peserta tampil pentas seni budaya Nusantara di homestay. Hari kelima, peserta yang ada di homestay melaksanakan kegiatan Pembangunan bak sampah, Penanaman Pohon, Bersih Rumah Ibadah dan Bedah Rumah. Dan peserta yang berada di Bumi Perkemahan melaksanakan senam pagi, apel pagi, memasak, giat wisata. Malamnya peserta yang di homestay menyaksikan Pentas seni Budaya Nusantara dan peserta yang di Bumi Perkemahan menuju Stand dan menyaksikan pentas seni budaya Nusantara.
Hari keenam, peserta gelombang 2 kembali ke Bumi Perkemahan. Pada hari itu juga berlangsung lomba masakan Nusantara. Sore harinya kami menuju tempat oleh oleh khas Kendari bersama dengan Bina damping dan Pinkon. Malam harinya, kami bersiap mengikuti Upacara Api Unggun di Lapangan Bumi Perkemahan IAIN Kendari. Hari ketujuh, kami bersiap mengikuti Upacara Penutupan pada pukul 08.00 WIB. Kontingen kami mendapatkan apresiasi dari Rektor IAIN Kendari untuk menampilkan kreasi seni budaya Kenthongan dan Drama Anoman Obong. Penampilan kami disambut dengan antusias oleh pejabat, petugas dan peserta Upacara Penutupan Perkemahan Wirakarya Nasional XIII PTK Kendari, Sulawesi Tenggara.
Setelah Upacara Penutupan selesai, kami bergegas untuk mempacking peralatan untuk bergegas kembali ke Purwokerto. Tepatnya pada hari senin, kami bersiap menuju bandar Udara Haluoleo Kendari. Kami check in pukul 10.00 WIB dan take off pukul 11.45 WIB. Kami terbang langsung menuju Bandar Udara Internasional Djuanda, Surabaya sampai pukul 14.30 WIB. Bus sudah siap menjemput kami di Bandar Udara Djuanda Surabaya. Kemudian kami menuju purwokerto, namun kami terlebih dahulu menunaikan sholat jamak takhir qoshor di Sidoarjo. Selanjutnya pukul 20.45 kami transit di Madiun untuk makan malam dan menunaikan sholat jamak maghrib dan isya. Kemudian kami melanjutkan perjalanan, tepat pukul 04.45 kami transit di Kebumen untuk menjalankan ibadah sholat subuh. Dan pada pukul 06.37 kami telah sampai di Kampus IAIN Purwokerto, kemudian melaksanakan upacara pemulangan kontingen.

Itu laporan perjalanan dinas yang aku berikan ke Warek III. Selama di Kendari, banyak kisah lucu, sedih, cinta sebatas patok tenda yang sering dinyanyikan anak pramuka ternyata benar adanya hahaha kaya sinetron. Dan dari kegiatan PW aku jadi tau semua karakter temen racanaku hahaha 
 

Dahlah, see you again kendari :) 

TAFSIR HADIS TARBAWI : PERAN GURU SEBAGAI ORANGTUA KEDUA



PERAN GURU SEBAGAI ORANGTUA KEDUA
Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Tafsir Hadis Tarbawi
Pengampu      : Munawir, S.Th.I.,M.S.I
Disusun Oleh:
Tuti Aliatul Mubarokah       1323301198

6 PAI A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2016

A.    Pendahuluan
Pendidik (guru) merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam pendidikan. Guru sebagai pendidik merupakan suatu amanah yang sangat berat untuk dilaksanakan. Dikatakan berat, karena guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta didiknya ke arah yang positif dan lebih baik, dari semua aspek yang ada pada peserta didik baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Maka, guru harus memiliki keahlian khusus, pengetahuan, kemampuan dan dituntut untuk dapat melaksanakan peran-perannya secara profesional yang dalam tugasnya guru tidak hanya mengajar, melatih tetapi juga mendidik.
Sebenarnya pendidikan seorang murid (anak) tidak hanya terpaku kepada guru saja, akan tetapi orang tua yang mempunyai tanggung jawab yang paling besar akan pendidikan anaknya. Dikatakan demikian, karena orang tua merupakan pendidik yang paling berpengaruh besar terhadap perkembangan maupun psikologi anak tersebut. Dalam sebuah hadist yang menyatakan bahwa orang tua merupakan pendidik yang akan di mintai pertanggung jawabannya tentang urusannya yakni anak didik. Namun, orang tua memiliki berbagai keterbatasan untuk mendidik anak-anaknya dengan baik. Karena keterbatasan tersebut orang tua membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak terutama dengan lembaga pendidikan untuk mendidik anak – anaknya dengan baik selain itu juga pada masyarakat sekitarnya.
Adanya kepercayaan yang besar dari orang tua, menuntut guru untuk dapat melaksanakan perannya dalam mendidik murid (anak) dengan baik. Dalam melaksanakan perannya, guru harus mempunyai kompetensi sebagai modal dasar dalam mengemban tugas dan kewajibannya. Menurut UU Guru dan Dosen No.14 Th 2005, kompetensi guru terdiri atas: (a) Kompetensi pedagogik; (b) Kompetensi kepribadian; (c) Kompetensi sosial; dan (d) Kompetensi profesional, yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif, menyenangkan  dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar para siswa  berada pada tingkat optimal. Dalam kaitannya dengan masalah ini, sumber utama agama Islam yakni Al-Qur’an dan Al-Hadit terdapat banyak sekali literatur-literatur yang membahas tentang pendidik atau guru terutama bagaimana sikap guru dalam berperilaku kepada murid.

B.     Pembahasan
1.    Guru
Kosa kata guru berasal dari kosakata yang sama dalam bahasa India yang artinya orang yangmengajarkan tentang kelepasan dan sengsara. Dalam tradisi agama hindu,guru dikenal sebagai maha resi guru. Yakni para pengajar yang bertugas untuk menggembleng para calon biksu di bhinaya panti (tempat pendidikan bagi para biksu).
Dalam bahasa Arab kata guru atau pendidik dikenal dengan beberapa istilah seperti al mualim,almuadib,al mudarat,al Mursyid dan alustadz.,yang berarti orang yang bertugas memberikan ilmu dalam Majelis taklim (lokasi proses pembelajaran ilmu ). Sama dengan pengertian guru dalam agama hindu,almua’limatau alustadz, juga mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia. Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidakhanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual Intelligence) dan kecerdasan intelektual (Intelectual Intelligence),tetapi juga menyangkut kecerdasan kinetik jasmaniah (bodilykinestetic), seperti guru tari, guru olah raga, guru senam, dan guru musik dan kecerdasan sosial emosional seperti kepemimpinan, manajemen.[1]
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki karisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Menurut Hamzah B. Uno yang mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is Teaching “Teacher si professional person who conducts classes”. (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas). Sedangkan  menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam Foundation of teaching, An introduction to modern education, hlm.141: “Teacher are those persons who consiously direct the experiences and behavior of an individual so that education takes place.” (Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan).[2]
Secara umum, guru adalah orang yang memiliki tanggung jawab mendidik. Sementara, secara khusus dalam perspektif islam, guru adalah orang-orang yang bertanggunggjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Pendidik memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Guru merupakan istilah bagi pendidik dalam formal. Dalam lembaga pendidikan informal, orang tua memegang peran penting sebagai pendidik anak dilingkungan keluarga.[3]
Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak kandungnya ( peserta didik ). Firman Allah SWT. dalam Al – Qur’an surat At – takhrim ayat 6, sebagai berikut :
يايهاا لذين امنواقواانفسكم واهليكم ناراوقودوهاالناسوالحجارةعليها مليكة غلاظ شدادلايعصون الله ماامرهم ويفعلون مايوءمرون (التحريم :6
Artinya : “ Wahai orang – orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu., penjaganya malaikat – malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka terhadap Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At – Takhrim : 6 )
Secara sosio psikologis orang tua mendidik anak – anaknya adalah tuntutan sosial dan kewajibannya. Kewajiban pendidikan anak bagi orang tua tersebut telah disadari oleh orang tua bersamaan dengan kesadaran  bahwa diri mereka memiliki berbagai keterbatasan untuk mendidik anak – anaknya dengan baik.[4] Karena keterbatasan tersebut orang tua membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak terutama dengan lembaga pendidikan untuk mendidik anak – anaknya dengan baik selain itu juga pada masyarakat sekitarnya. Dalam terminologi modern, para pendidik disebut orang yang memberikan pelajaran kepada peserta didik dengan memegang satu disiplin ilmu disekolah. Selain itu semua orang yang terlibat dalam proses pendewasaan anak melalui pengembangan jasmani dan rohaninyaselain orang tua, guru disekolah, dalam konsep islam adalah pendidik.
Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat manusia, peserta didiknya. Untuk itu negara membimbing generasinya yang memerlukan pembinaan dan bimbingan melalui peran guru.
Perkembangan pesat teknologi informasi saat ini, kiranya menumbuhkan tantangan tersendiri bagi guru. Mengingat guru sudah bukan lagi satu-satunya sumber informasi hingga muncul pendapat bahwa pendidikan bisa berlangsung tanpa guru. Hal ini benar jika pendidikan diartikan sebagai proses memperoleh pengetahuan. Namun, perlu diingat, pendidikan juga media pendewasaan, maka prosesnya tidak dapat berlangsung tanpa guru.
Dengan demikian, guru dan peserta didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Meskipun guru bisa diwakili oleh media pendidikan seperti e-learning atau lainnya, kehadiran guru tetap menjadi kunci pokok yang tidak bisa digantikan atau tiadakan. Tidak ada istilah bekas guru dan bekas peserta didik, meskipun telah lulus dalam menempuh pendidikan di lembaga yang di asuh oleh guru.
2.    Tugas Seorang Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Maka tugas guru dikelompokkan menjadi tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam membimbing kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia mampu menjadi idola para siswanya. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.
Tugas guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.[5]
Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh pendidik berhubungan dengan profesinya sebagai tenaga pendidik. Secara garis besar, tugas guru dapat ditinjau dari tugas – tugas yang langsung berhubungan dengan tugas utamanya, yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas – tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran, tetapi akan menunjang keberhasilannya menjadi guru yang andal dan dapat diteladani.
Dalam islam, tugas guru dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia. Karena seorang guru merupakan pendidik dan penanggung jawab moral anak didiknya.
حدثنا العباس بن الوليد الدمشقي . حدثنا علي بن عياش . حدثنا سعيد بن عمارة . أخبرني الحارث بن النعمان . سمعت أنس بن مالك يحدث عن رسول الله صلى الله عليه و سلم  : قال ( أكرموا أولادكم وأحسنوا أدبهم )- ابن ماجه
“Menceritakan kepada al- ‘abbas bin al-walid al-damasyqiy. Menceritakan kepada kami ‘ali bin ‘iyasy. Menceritakan kepada kami sa’id bin ‘umarah. Menceritakan kepadaku al-harits bin an-nu’man. Aku mendengar Anas bin Malik berkata dari Rasulullah SAW berkata: Mulyakanlah anak-anakmu dan baguskanlah budi pekerti mereka”.
Dalam hadits diatas mengingatkan kepada seorang pendidik agar senantiasa untuk memulyakan anaknya. Mulya disini bisa diperluas maknanya dengan bersifat baik, adil, jujur dan bijaksana kepada anak didiknya. Dan tugas kedua yang dicerminkan dalam hadits ini adalah untuk mengajarkan akhlak yang baik.
Dalam batasan lain tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran yaitu[6] :
a.       Tugas manajerial
Menyangkut fungsi administrasi ( memimpin kelas ), baik internal maupun eksternal.
b.      Tugas edukasional
Menyangkut fungsi mendidik, bersifat motivasional, pendisiplinan, sanksi sosial ( tindakan hukuman ).

c.       Tugas instruksional
Menyangkut fungsi mengajar, bersifat :
1)   Penyampaian materi
2)   Pemberian tugas – tugas pada peserta didik
3)   Mengawasi dan memeriksa tugas.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan keprofesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi.
3.    Pendidik Sebagai Wakil Orangtua
Sebagaimana telah disebutkan didepan bahwa terdapat faktor yang menyebabkan orangtua harus mendelegasikan tugas dan kewaiban mendidik anak-anak mereka kepada pendidik (guru) di sekolah. Senada dengan hal tersebut menurut Rosullulloh SAW. guru mempunyai kedudukan sebagai orangtua. Sehubungan dengan ini terdapat hadis sebagai berikut.
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اء نما أنا لكم بمنزلة الوالدأعلمكم فاءذاأتى أحدكم الغائط فلا يستقبل القبلة ولا يستدبرها ولا يستطب بيمينه وكا ن يأ مر بثلا ثة أحجار وينهى عن الروث والرمة
Artinya :
“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rosullulloh SAW. bersabda, “Sesungguhnya aku menempati posisi orangtuamu. Aku akan mengajarmu. Apabila salah seorang kamu mau buang hajat, maka janganlah ia menghadap atau membelakangi kiblat, janganlah ia beristinja’ (membersihkan dubur sesudah buang air), dengan tiga batu dan melarang beristinja’ dengan kotoran (najis) dan tulang.” (HR. Abu Dawud)[7]
                        Hadis di atas dengan jelas mengatakan bahwa Rosullulloh SAW. bagaikan orangtua dari para sahabatnya. Pengertian bagaikan orangtua adalah mengajar, membimbing, dan mendidik anak-anak seperti yang pada umumnya dilakukan oleh orangtua. Beliau mengajarkan kepada sahabat bagaimana adab buang hajat. Sebenarnya, persoalan orangtua. Akan tetapi, Nabi yang tidak diragukan lagi bagi umat islam, sebagai mahaguru dan pendidik ulung juga mau mengajarkan hal itu.
                        Guru perlu menyadari bahwa ia melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh Alloh dan orangtua peserta didik. Mendidik anak harus didasarkan pada rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, pendidik harus memperlakukan peserta didiknya bagaikan anaknya sendiri. Ia harus berusaha dengan ikhlas agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Pendidik tidak boleh merasa benci kepada peserta didik karena sifat-sifat yang tidak disenanginya.
Dengan demikian dalam menjalankan tugasnya seorang guru harus mempunyai sifat lemah lembut dan kasih sayang.
عن أبي سليمان ما لك بن الحويرث قال أتينا النبي صلى الله عليه وسلم ونحن شببة متقاربون فأ قمنا عنده عشرين ليلة فظن أنا اشتقنا أهلنا وسألنا عمن تركنا في أهلنا فأخبرنا ه وكان رفيقا رحيما فقال ارجعوا اءلى أهليكم فعلمو هم ومرو هم وصلواكما رأيتموني أصلي واءذاحضرت الصلاة فليؤذن لكم احدكم ثم ليؤمكم اكبركم
Abu Sulaiman Malik bin Al-Huwarits berkata, “kami, beberapa orang pemuda sebaya mengunjungi nabi SAW. lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah orang yang halus perasaannya dan penyayang. Nabi bersabda, “Kembalilah kepada keluarga kalian. Ajarilah mereka, suruhlah mereka, dan shalatlah kalian sebagaimana melihatku shalat. Apabila waktu shalat telah masuk, hendaklah salah seorang di antara kalian mengumandangkan adzan dan yang lebih tua hendaklah menjadi imam.” (HR. Al-Bukhari)[8]
Di antara informasi yang didapat dari hadis di atas adalah (a) ada sekelompok pemuda sebaya datang dan menginap di rumah Rasullulloh SAW, (b) para pemuda itu belajar masalah agama (ibadah) kepada beliau, (c) beiau memperlakukan mereka dengan santun dan kasih sayang, dan (d) beiau menyuruh mereka mengajarkan shalat kepada keluarga masing-masing seperti beliau mengajar mereka.  Berkaitan engan informasi tersebut, yang berkaitan erat dengan sifat yang harus di miliki seorang guru ialah Rasullulloh memperlakukan para sahabat dengan santun dan kasih sayang. Maka seorang guru harus memiliki sifat kasih sayang kepada peserta didik agar mereka dapat menerima pendidikan dan pengajaran dengan hati senang dan nyaman. Segala proses edukatif yang dilakakukan oleh guru harus diwarnai oleh sifat ini.
Dengan demikian, diantara metode yang terpenting dalam mendidik anak adalah mendidik dengan cara yang lemah lembut. Dengan kelembutan maka diharapkan pelajaran yang disampaikan akan mudah dicerna dan dipahami oleh peserta didik, disamping itu dalam mengajar, seorang guru hendaklah berusaha agar peserta didik tidak merasa bosan dengan penyampaian si pendidik. Dengan demikian seorang demikian metode dan strategi belajar haruslah sesuai dengan materi pelajaran, situasi peserta didik dan kemampuannya.[9]
4.    Kompetensi Yang Harus di miliki Oleh Seorang Guru
            Guru merupakan bagian dari masyarakat yang mendapat perhatian khusus dari masyarakat. Peranan dan segala tingkah laku guru selalu dipantau dan dijadikan acuan oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah kompetensi salah satunya kompetensi sosial dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya.[10]

Guru dalam menjalankan tugasnya dituntut memiliki beberapa kompetensi guna menunjang kesuksesan tugas-tugasnya. Kompetensi yang dimiliki dapat berupa kompetensi keilmuan, fisik, sosial dan juga etika moral.
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. (Echols dan Shadily, 2002:132). Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.
Guru merupakan tokoh dan tipe makhluk yang diberi tugas dan beban membina serta membimbing masyarakat ke arah norma yang berlaku. Maka seorang guru harus memiliki kompetensi sosial untuk berhubungan dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif karena dengan dimilikinya kompetensi sosial tersebut,otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik atau masyarakat tentang masalah peserta didik yang perlu diselesaikan tidak akan sulit menghubunginya.
Kompetensi sosial memiliki tiga subranah. Pertama, mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Kompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu : berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. Kedua, mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Ketiga, mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru yang secara sosial dapat berinteraksi dengan baik kepada siswanya akan menjadi pengelola kelas yang baik selama transformasi pembelajaran.[11]
Tak hanya kompetensi sosial guru juga harus memiliki beberapa kompetensi lain, diantaranya adalah[12] :
a.       Mengajarkan sesuai dengan kemampuan (bidang keilmuan)-nya, dalam arti guru harus memahami dan menguasai ilmu yang diajarkan serta peta konsep dan fungsinya agar tidak menyesatkan dan harus belajar untuk mendalami ilmu.
b.      Berperilaku rabbani, takwa dan taat kepada Allah.
c.       Memiliki integritas moral sebagaimana rasul bersifat sidiq, amanah, tabligh, dan fatonah.
d.      Mencintai dan bangga terhadap tugas-tugas keguruan dan melaksanakannya dengan penuh gembira, kasih-sayang,tenang dan sabar.
e.       Memiliki perhatian yang cukup dan adil terhadap individualitas dan kolektivitas peserta didik (murid).
f.       Sehat rohani, dewasa, menjaga kemuliaan diri, humanis, berwibawa, dan penuh keteladanan,
g.      Menjalin komunikasi yang harmonis dan rasional dengan peserta didik serta msyarakat.
h.      Menguasai perencanaan, metode, dan strategi mengajar serta mampu melakukan pengelolaan kelas denganbaik.
i.        Menguasai perkembangan fisik dan psikis peserta didik serta menghormatinya.
j.        Eksploratif, apresiatif, responsif dan inovatif terhadap perkembangan zaman.
k.      Menekankan pendekatan student centered, learning by doing, dan kajian kontekstual-integral.
l.        Melakukan promosi wacana dan pembentukan watak dan sikap keilmuan otonom.
Adanya berbagai kompetensi yang harus di miliki oleh seorang guru, akan meningkatkan mutu pendidikan. Guru yang merasa puas atau merasa sudah baik berarti ia bukan guru yang baik karena hal itu merupakan pertanda bahwa ia enggan berproses menjadi lebih baik. Guru yang ideal adalah guru yang bersamaan siap menjadi peserta didik yang baik, yaitu senantiasa menuntut ilmu dan ketrampilan setinggi langit. Inilah sikap mandiri dalam belajar, yang berarti tetap belajar meski telah menjadi guru.
C.     Simpulan
Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan. Secara sosio psikologis orang tua mendidik anak – anaknya adalah tuntutan sosial dan kewajibannya. Kewajiban pendidikan anak bagi orang tua tersebut telah disadari oleh orang tua bersamaan dengan kesadaran  bahwa diri mereka memiliki berbagai keterbatasan untuk mendidik anak – anaknya dengan baik. Karena keterbatasan tersebut orang tua membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak terutama dengan lembaga pendidikan untuk mendidik anak – anaknya dengan baik selain itu juga pada masyarakat sekitarnya.
Guru perlu menyadari bahwa ia melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh Alloh dan orangtua peserta didik. Mendidik anak harus didasarkan pada rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, pendidik harus memperlakukan peserta didiknya bagaikan anaknya sendiri. Ia harus berusaha dengan ikhlas agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Pendidik tidak boleh merasa benci kepada peserta didik karena sifat-sifat yang tidak disenanginya.
Adanaya tugas dan beban membina serta membimbing masyarakat ke arah norma yang berlaku. Maka seorang guru harus memiliki kompetensi sosial untuk berhubungan dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif karena dengan dimilikinya kompetensi sosial tersebut,otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik atau masyarakat tentang masalah peserta didik yang perlu diselesaikan tidak akan sulit menghubunginya.













DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Nurfuadi. 2012. Profesionalisme guru. Purwokerto : STAIN Press.
Roqib, M. M.Ag. 2009. Ilmu Pendidikan Islam : Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta : LkiS
Samsul, Nizar dan Al-Rasyidin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam :Pendekatan Historis, teoritis, dan Praktis. Jakarta: PT. Ciputat Press.
Suryani. 2007. Hadis Tarbawi : Analisis Paedagogis Hadi-Hadis Nabi. Yogyakarta : Sukses.
Umar,Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi: Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta : AMZAH.
Uno B, Hamzah. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


[1]Muh. Roqib, M.Ag dan Nurfuadi, M.Pd. I. , Kepribadian Guru, hlm. 21 : 2011.
[2] Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 15.
[3] Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam :Pendekatan Historis, teoritis, dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), hlm. 41.
[4] Dr. M. Roqib,M.Ag., Ilmu Pendidikan Islam : Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta : LkiS,2009), hlm. 40.
[5] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), hal. 6-8.
[6]Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 21.
[7] Bukhari Umar,M.Ag, Hadis Tarbawi: Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta : AMZAH, 2012) hlm. 70.
[8] Bukhari Umar,M.Ag, Hadis Tarbawi: Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta : AMZAH, 2012) hlm. 86-87.
[9] Suryani, Hadis Tarbawi : Analisis Paedagogis Hadi-Hadis Nabi, (Yogyakarta : Sukses, 2007). Hlm 86.
[10] Nurfuadi, Profesionalisme guru, (Purwokerto : STAIN Press, 2012) hlm. 93.
[11] Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.
[12] Dr. M. Roqib,M.Ag., Ilmu Pendidikan Islam : Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta : LkiS,2009), hlm.51-52.



TAFSIR HADIS TARBAWI:KEDUDUKAN ILMU MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF Q.S AR-RAHMAN AYAT 33

KEDUDUKAN ILMU MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF Q.S AR-RAHMAN AYAT 33 Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kulia ...