Halaman

Sabtu, 28 Mei 2016

TAFSIR HADIS TARBAWI:KEDUDUKAN ILMU MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF Q.S AR-RAHMAN AYAT 33



KEDUDUKAN ILMU MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF
Q.S AR-RAHMAN AYAT 33
Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Tafsir Hadis Tarbawi
Pengampu      : Munawir, S.Th.I.,M.S.I
Disusun Oleh:
Tuti Aliatul Mubarokah       1323301198

6 PAI A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2016











A.    Pendahuluan

Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Dalam al-Qur’an, kata ilmu dalam berbagai bentuknya digunakan lebih dari 800 kali, ini menunjukkan bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari al-Qur’an sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani bahwa salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), al-Qur’an dan Sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi. Dalam QS. al-Mujadilah ayat 11, Allah SWT., berfirman bahwa Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan). dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut Ilmu, dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah, sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Fathir ayat 28 yang menerangkan bahwa Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu). (QS. Fathir : 28).

Ayat-ayat tersebut, jelas merupakan sumber motivasi bagi umat Islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu, untuk terus membaca, sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga, yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh, dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal, sehingga Nurcholis Madjid menyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan Ilmu pengetahuan menurut Islam membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal.[1] Di samping ayat–ayat al-Qur’an, banyak hadis Nabi yang memberikan dorongan kuat untuk menuntut Ilmu Pengetahuan.


B.     Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dengan fa’ila, yaf’alu yang berarti mengerti, benar-benar memahami. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu berarti pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.[2]
Dalam buku filsafat ilmu karya Amsal Bachtiar dijelaskan bahwa ciri-ciri ilmu menurut terminologi antara lain adalah:
1.    Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan.
2.    Ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis.
3.    Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan.
4.    Metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
5.    Ilmu ialah metodologi, karena ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi.
6.    Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.
Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam. Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa ilmu merupakan pengenalan, dan imu merupakan masalah per-orangan serta ilmu merupakan penemuan semacam penemuan diri.[3]Sedangkan Ashley Montagu, Guru Besar Antropologi di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi, percobaan, untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, dan syarat tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif. Sedangkan pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik.

C.    Kedudukan Ilmu
Mencari dan menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan. Rasululullah SAW., menjadikan kegiatan menuntut ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh kaum Muslimin untuk menegakkan urusan-urusan agamanya, sebagai kewajiban yang Fardlu ‘Ain bagi setiap Muslim. Ilmu yang Fardlu Ain yaitu ilmu yang setiap orang yang sudah berumur aqil baligh wajib mengamalkannya yang mencakup; ilmu aqidah, mengerjakan perintah Allah, dan meninggalkan laranganNya.
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik. Nabi Muhammad saw. bersabda:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoLfo6cFUFRBBjrpHHnrGfZkhbu3s1yGhO90YdE4VbCmsJQuvlStGMGlRPp6EKka6a7QMA1d6cvtQ3psvHP-pA5Zh6Kid6iVEutLF6k1bh2ILu2tnG3F-fqvwF4zv4g9FNzO7CEiYkkPg/s400/Hadis+menuntut+ilmu.png
“Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”.(H.R. Ibn Majah)
Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH-yHft0tIsW36lShGHZzYZ0y2VWvxy7IDCCtn-2QeYi3Oqr8wFJVDeFzWHCWJt40d58pnKSZEsb9HK1kFH0WF6HMSU8dmv5U9WMpuRyfPESwyAA0bjmrWwL-zr7GLa-ej56G4-5Hd2vM/s320/Qaul+Imam+Syafii+%28menuntut+ilmu%29.png
“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”
Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:
“Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”
Ungkapan Imam Syafi‘i di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama.[4]
Dari beberapa keterangan diatas dapat dipahami bahwa begitu pentingnya ilmu bagi kehidupan kita. Dan dapat kita pahami pula bahwa Nabi selalu mengingatkan para sahabat dan umatnya untuk selalu menuntut ilmu dan memberi penghargaan yang besar bagi para penuntut ilmu. Namun Rasulullah SAW., juga mengingatkan agar mencari ilmu tetap harus dalam koridor mengharapkan ridla Allah SWT. Hanya ilmu yang bermanfaat di akhirat dan dunia yang menghasilkan RidlaNya. Manfaat ilmu hanya didapatkan jika disertai dengan niat dan tujuan baik dan benar ketika menuntutnya. Dengan niat baik dan benar, ilmu yang diperoleh diharapkan bermanfaat dan pahalanya tetap mengalir, meskipun pemiliknya telah meninggal dunia, sebagamaimana janji Rasulullah SAW.

D.    Dalil Mengenai Ilmu Matematika, Kealaman, dan Keantariksaan
1.    Q.S Ar-Rahman : 33
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNh2N8qNoGnJC90Pi3e1lOytr3e4dvCCsxkFwQCaunCzTQ-hUgPOfakMAeJUb7y4UWzOwuOKeME65-VdbQs_4fcMJGyoBQKyf6N7sSmgk8TCn4wFjePTa7Fyxt8trlRs1-yWtyEriYg7Q/s320/Ar-rahman+ayat+33.png
“Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah Swt.)”. (Surah ar-Rahman/55: 33)
Dari Isi kandungan surah ar-Rahman/55: 33 dapat kita ketahui bahwa Allah memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk menembus (melintasi) ke penjuru langit dan bumi, arti perintah Allah ini hanya sekedar tantangan Allah untuk menguji dan melemahkan jin dan manusia. Jika mereka kuasan untuk keluar penjuru langit dan bumi dan semacamnya itu hanya ketentuan dan kekuasaan dari Allah SWT.
Mereka pun tidak mampu menembus (melintasi) kecuali dengan kekuatan, dan mereka tidak mempunyai kekuatan untuk menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi dan juga mereka tidak kuasa. Dan yang dimaksud سلطان di sini adalah Dzat yang mempunyai kekuatan dan menguasai untuk memerintah.
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan, kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus angkasa luar, bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, dan dapat kembali lagi ke bumi.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan.
2.    Hadis Nabi
Di antara hadis Nabi SAW., yang berisi petunjuk tentang pentingnya mempelajari ilmu Astronomi, Matematika dapat dilihat pada hadis berikut:
حدثنا علي بن حجر أخبرنا عبد الرحمن بن أبي الزناد عن أبيه عن خارجة بن زيد عن ثابت عن أبيه زيد بن ثابت قال : أمرني رسول الله صلى الله عليه وسلم أن أتعلم له كتاب يهود قال إني والله ما آمن يهود على كتاب قال فما مر بي نصف شهر حتى تعلمته له قال فلما تعلمته كان إذا كتب إلى يهود كتبت إليهم وإذا كتبوا إليه قرأت له كتابهم قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح
وقد روي من غير هذا الوجه عن زيد بن ثابت رواه الأعمش عن ثابت بن عبيد الأنصاري عن زيد بن ثابت قال أمرني رسول الله صلى الله عليه وسلم أن أتعلم السريانية قال الشيخ الألباني : حسن صحيح
Artinya: Zaid ibn Tsabit, ia berkata: Rasulullah SAW memerintahkan kepadaku untuk mempelajari bahasa Ibrani guna menterjemahkan surat orang-orang Yahudi. Zaid berkata dengan nada semangat:”Demi Allah, sesungguhnya akan kubuktikan kepada orang-orang Yahudi bahwa aku mampu menguasai bahasa mereka.” Zaid melanjutkan: “setengah bulan berikutnya aku mempelajarinya untuk Nabi SAW dengan tekun dan setelah aku menguasainya, maka aku menjadi juru tulis Nabi SAW apabila beliau berkirim surat kepada mereka, akulah yang menuliskannya; dan apabila beliau menerima surat dari mereka, akulah yang membacakan dan yang menerjemahkannya untuk Nabi SAW.
Hadis Nabi SAW menggunakan perkataan السريانية adalah untuk menggungkapkan Bahasa Suryani. AJ. Wensinck di dalam kitabnya yang berjudul: al-Muj’am al-Mufahras li Al-fadz al-Hadis al-Nabawi, mencatat bahwa, perkataan al-suryaniyyat tersebut dijumpai dalam beberapa kitab Hadis, salah satu diantaranya adalah kitab : al-Jami’ al-Sahih, Jilid 1, bab Fi Ta’lum al-Suryaniyyat karya al-Tirmidzi,
Menurut riwayat lain, bahwa Zayd ibn Tsabit, ia berkata: Rasulullah SAW telah menyuruh aku belajar bahasa Suryani. Berkata Syekh al-Bani Hadis ini Hasan Shahih.(Abi Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurat al-Tirmizy,tt:67).
Dalam Hadis ini Nabi SAW menganjurkan Zaid ibn Tsabit untuk mempelajari bahasa Suryani. Muncul sebuah pertanyaan, kenapa Nabi SAW menganjurkan sahabat dan sekretaris beliau tersebut mempelajari bahasa Suryani? Dari sejarah peradaban dapat diketahui bahwa, banyak ilmu-ilmu yunani telah diterjemahkan ke dalam bahasa Suryani, misalnya filsafat, astronomi, matematika, kedokteran, dan lain-lain. Ini berarti bahwa, Nabi SAW menganjurkan umat Islam mempelajari filsafat, astronomi, matematika dan kedokteran yang terdapat dalam bahasa Suryani tersebut.
Sehubungan dengan ini, Imam Syafi’i (150/767-205/820) mengatakan barangsiapa yang mempelajari matematika, maka pendapatnya akan kukuh (من تعلم الحساب جزل رايه). (Al-Mawardi, tt: 45-46). Oleh karena itu matematika sangat diperlukan dalam memahami ilmu faraidh. Imam Ghazali (w.505/1111) mengatakan bahwa pengetahuan seseorang yang tidak pernah belajar logika salah satu cabang filsafat adalah tidak bisa diandalkan. (Nurchalis Madjid, 1985: 47).[5]



E.     Penutup
      Ilmu merupakan sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, dan syarat tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif. Sedangkan pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik.
Mencari dan menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan. Rasululullah SAW., menjadikan kegiatan menuntut ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh kaum Muslimin untuk menegakkan urusan-urusan agamanya, sebagai kewajiban yang Fardlu ‘Ain bagi setiap Muslim. Ilmu yang Fardlu Ain yaitu ilmu yang setiap orang yang sudah berumur aqil baligh wajib mengamalkannya yang mencakup; ilmu aqidah, mengerjakan perintah Allah, dan meninggalkan laranganNya.
Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH-yHft0tIsW36lShGHZzYZ0y2VWvxy7IDCCtn-2QeYi3Oqr8wFJVDeFzWHCWJt40d58pnKSZEsb9HK1kFH0WF6HMSU8dmv5U9WMpuRyfPESwyAA0bjmrWwL-zr7GLa-ej56G4-5Hd2vM/s320/Qaul+Imam+Syafii+%28menuntut+ilmu%29.png

“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”
Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui.
Dalam Hadis Nabi SAW menganjurkan Zaid ibn Tsabit untuk mempelajari bahasa Suryani. Muncul sebuah pertanyaan, kenapa Nabi SAW menganjurkan sahabat dan sekretaris beliau tersebut mempelajari bahasa Suryani? Dari sejarah peradaban dapat diketahui bahwa, banyak ilmu-ilmu yunani telah diterjemahkan ke dalam bahasa Suryani, misalnya filsafat, astronomi, matematika, kedokteran, dan lain-lain. Ini berarti bahwa, Nabi SAW menganjurkan umat Islam mempelajari filsafat, astronomi, matematika dan kedokteran yang terdapat dalam bahasa Suryani tersebut.
Sehubungan dengan ini, Imam Syafi’i (150/767-205/820) mengatakan barangsiapa yang mempelajari matematika, maka pendapatnya akan kukuh (من تعلم الحساب جزل رايه). (Al-Mawardi, tt: 45-46). Oleh karena itu matematika sangat diperlukan dalam memahami ilmu faraidh. Imam Ghazali (w.505/1111) mengatakan bahwa pengetahuan seseorang yang tidak pernah belajar logika salah satu cabang filsafat adalah tidak bisa diandalkan.

























DAFTAR ISI

Bahtiar,Amsal. 2012.  Filsafat Ilmu. RajaGrafindo Persada (Rajawali Perss)
Husaini,Adian. 2013.  Filsafat Ilmu. Jakarta: Gema Insani.
Suja’i Sarifandi. Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Hadis Nabi. Jurnal Ushuluddin Vol. XXI No.1, Januari 2014.



[1] Suja’i Sarifandi, Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Hadis Nabi, Jurnal Ushuluddin Vol. XXI No.1, Januari 2014
[2] Kamus Besar bahasa Indonesia
[3] Adian Husaini, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Gema Insani), hlm. 74
[5] Suja’i Sarifandi, Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Hadis Nabi, Jurnal Ushuluddin Vol. XXI No.1, Januari 2014
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAFSIR HADIS TARBAWI:KEDUDUKAN ILMU MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF Q.S AR-RAHMAN AYAT 33

KEDUDUKAN ILMU MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF Q.S AR-RAHMAN AYAT 33 Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kulia ...